Saudara dalam Islam itu Simple, Bukan karena Ikatan Darah tapi karena Ikatan Ukhuwah
Kisah ini berawal dari anak – anak rantau yang berasal dari Bengkulu
(Sumatra), Raja Ampat (Papua Barat), dan
Brebes (Jawa tengah). Meraka semua bertemu di daerah istimewa Yogyakarta.
Awalnya memang untuk menunaikan amanah orang tua belajar di salah satu
universitas disana, akan tetapi untuk mengisi aktivitas disela waktu akademiknya,
mereka semua aktif di organisasi. Meraka bertemu disebuah lembaga dakwah kampus yaitu Kesatuan
Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) UIN Sunan Kalijaga.
Tahun 2012 tepatnya bulan November
aku mengikuti Dauraoh Marhalah (DM) 1 KAMMI, berberangan dengan Nanan. Jujur
saya hanya kenal dia dan belum mengenal Dana karena dia DM 1 yang gelombang 1,
aku gelombang 2. Kemudian lambat laun aku mengenal seseorang yang berasal dari
Papua karena dia teman kelasnya Nanan satu jurusan Muamalah fakultas Syari’ah dan hukum. Kita bertiga
memang orangnya cuek banget dah, kecuali
nanan yang agak cerewet dengan masalah penampilan, ya mau gg mau karena malas mendengarkan
ocehan Nanan, Dana mengikuti saran dia untuk berubah (kecerewetan kawan itu
menandakan bahwa dia peduli sama kita bukan?).
Kita bertiga berproses untuk belajar
Islam di Jogja, mengenal apa itu Islam?,
apa itu Al-Qur’an?, apa itu gerakan? Dkk. Ketiga sekawan ini merupakan orang-
orang yang saklek dengan pemikiran sendiri, sering berdebat untuk mempertahankan
argument. Seiring dengan berjalannya waktu, kita semua berubah dengan
sendirinya sesuai dengan ilmu yang didapatkan. Dan bisa mengambil keputusan bijak seiring dengan masalah yang sering
dihadapi dan hal inilah yang membuat kita semakin dewasa.
Juli tahun 2013 aku baru mengenal apa
itu Al-Qur’an dan tertarik dengan belajar tahsin. Saat itu yang mengajak aku
untuk belajar tahsin tak lain adalah Nanan yang semangat banget untuk mengajak
belajar Al-Qur’an, aku sik ikut aja asal itu untuk kebaikan. Pertama kali
tahsin di Masjid Nurul Asri, tempat yang sangat sejuk dan menentramkan hati dan
disinilah aku mulai jatuh cinta dengan masjid dan Al-Qur’an. Mungkin salah satu
faktor yang membuat tenang suasana disana karena berdirinya pondok Rumah
TahfidzQu. Jujur aku sangat ingin tinggal didaerah ini menikmati indahnya suasana Qur’an. Guru pertama dan yang
sangat berkesan adalah Mb Ayun yang mengajariKu tentang Al-Qur’an dari awal.
Sampai aku berfikir selama 18 tahun hidup aku kemana saja??? Baru sadar sekarang
bersahabat dengan Al-Qur’an. Belajar Al-Qur’an terus berlajut selama bulan
ramadhan dan terhenti ketika kita harus
pulang ke kampung halaman demi merayakan idul fitri bersama keluarga.
Paska idul fitri Allah mentakdirkan
aku, Nanan, dan Dana termasuk saudara kembarnya Dani bahkan anak UGM dan UNY
bertemu dalam satu kelompok tahsin bersama mb Embun. Jujur kelompok Qur’an ini
sungguh banyak menggoreskan kisah indah untuk terus tetap semangat bersama
Al-Qur’an. Kelompok ini merupakan kelompok yang dahsyat deh, walaupun “saya
seperti kekanakan” disana emang umurKu paling muda. (itu pernyataan mb khoir
desember 2015, setelah beberapa tahun tidak ketemu aku, dia bilang kalo aku sudah banyak berubah “sekarang
adekku ini sudah dewasa, Lia sekarang bukan Lia yang dulu lagi”. “Kalo untuk
Nanan yang dulu sudah dewasa, sekarang tambah ? ”). Perjalan terus berlanjut aku,
Nanan, dan Dana sudah sangat mengenal satu sama lain, wong sering pergi bareng
kog.
Tanggal 7 juli 2014 aku dan Nanan
pindah satu atap untuk menimba ilmu di salah satu pondok di daerah Deresan tempat pertama kali aku berlajar Al-Qur’an. Satu pondok sama
dia membuat aku tambah kenal saudara yang satu ini, dia sangat suka jus
stroberi, makan batagor didepan F.kehutanan UGM, dia gg suka makanan yang manis
tapi suka coklat anehkan?, dia suka masak, mandi bisa 3 x sehari bahkan lebih,
suka baca novel tapi gg suka baca buku pergerakan dan sejarah dll. Mendaftar di
pondok ini juga aku tidak terfikir sebelumnya, intinya diajakin Nanan daftar
kalo aku sih manut aja selagi baik coba – coba.
Ketika diterima dipondok aku baru
ingat, apakah ini jalan yang Allah
berikan ketika harapankanku dibulan Juli 2013 ingin tinggal di daerah Nurul Ashri ternyata Allah
menjawabnnya sekarang. Aku banyak belajar di pondok ini dengan kawan-kawan 17
bersaudara termasuk musrifah yang keren, selalu mengingatkan kita ketika kita
bandel dan buat ulah. Tapi kita semua
berporses, makasih untuk semuanya RTH 3 you
are the best family Qur’an.
September 2015 aku memutuskan hal
yang sulit, aku mengambil keputusan untuk pindah ke daerah dekat UIN karena ada
suatu alasan yang insyAllah syar’ih walaupun
begitu berat meninggalkan kehidupan pondok di daerah Deresan. Tapi aku
yakin Allah akan terus memberikan kado terindah dalam hidupku, dan akan
menggantikan semuanya nanti.
Sekarang tinggal di kontrakan sofie bersama Dana, sudah lengkaplah aku
mengenal keluarga seperjuanganKu ini karena sudah satu atap sama mereka,
walaupun dengan Nanan masih lebih lama. Dana itu orangnya cuek pas awal masuk
KAMMI, akan tetapi sekarang peduli banget, tapi dia melankolis sering terbawa
suasana. Dia suka hampir semua makanan, kecuali durian, tape, telur asin. Alhamdulillah dia makan tahu kalo
gg suka tahu sungguh keterlaluan. Intinya makanan apa yang Dana gg suka saudara
kembarnya Dani juga gg suka.
Itulah cerita kedua saudaraKu ini. Nanan
cukup protektif banget, dah kayak alarm berjalan. Dia tahu makanan pantangan
yang gg boleh aku makan apa, jadi kalau makan bareng dia salah pilih makanan
siap aje entar kena semprot. Atau dia akan menjadi tester makanan yang akan aku
makan “udah tak makan Li kamu bisa makannya” ataupun jawaban sebaliknya “kamu
gg boleh makan ini” nyesek gppa demi kesehatan mah. Aku ingat kejadian bulan
desember 2015 ketika Nanan mau pulang dari Brebes menuju Jogja, Nanan chat “lia
tolong bilang Dana dia bisa jemput aku gg di Stasiun Lempuyangan jam 10 malam?
Kalo anak RT gg mungkin jemput jam segitu Cz aku lagi kehabisan pulsa”, “ya
nanti tak bilang nan ini gw masih di perpus” aku. “Nan Cuma satu motor aje kan?” aku, hanya
untuk meyakinkan bahwa dia minta tolongnya ke Dana, “iya satu aja” Nanan. “Dana
belum pulang kontrakan je masih pergi, tapi kayaknya bisa” aku. “iya semoga
bisa, kenapa aku minta tolong Dana, karena aku tau kamu gg tahan dingin malam
makanya minta tolong Dana” Nanan. Dari percakapan itu aku tau kalo Nanan masih
ingat pertakaanKu 2 tahun yang lewat jika aku gg tahan dingin dan
semua yang terjadi di RT. Ternyata ingatan
dia cukup bagus.
Semua kejadian yang terjadi pasti ada
hikmah, ini kejadiannya beberapa hari yang lewat tanggal 29 Januari 2016. Aku
jadi perangkat di Dauroh Pamandu Madrasah KAMMI (DPMK) derah Sleman Yogyakarta,
pesertanya lumayan banyak ada yang dari Jakarta, Surabaya, Serang, Magelang,
Semarang, Malang, tentunya Jogja tidak ketinggalan. Hari jumat tanggal 29,
memang sudah gg enak badan tapi memang harus ke perpustakaan untuk mengambil
data angket penelitian skripsi. Sorenya
aku DPMK deh merasa sudah fit, sampai malam berkutat dengan data peserta
dllnya, istirahat jam 12.00. ketika bangun tahajud jam 3 badan ini susah
digerakan dan baru menyadari bahwa tubuh ini tidak mampu banyak beraktivitas
untuk beberapa hari kedepan. Sabtu pagi aku izin ke MOT untuk pulang insyAllah
nanti akan ada yang menggantikan Dana dan mb senoer UIN lainnya.
Jam 6.00 aku pulang kekontrakan dan
langsung tidur. Saat siang Dana kekamar sesuai pesan yang aku sampaikan ke Dani
jika Dana dah ada tolong kekamar gw. “Lia kamu sakit?” Dana. “(hanya
senyum aja), tolong gantiikan amanah gw di DPMK, bantuin atika anak UNY dan
kawan2 disana, gw juga gg mau ini terjadi tapi semuanya sudah diluar batas
semuanya qodarullah, nanti bakda zuhur berangkat kesana lokasinya dekat kog
BPKB” aku. “iya Lia, entar aku kesana” Dana. Agak lega ketika sudah ada yang
menggantikan amanah, dia mau menggantikan aku padahal sorenya dia harus mengisi
KRS, ketika dia ngisi KRS memang ada menggantikan teman yang lain. Sampai
minggu sore pun Dana tetap berada di lokasi DPMK. Syukurlah punya teman yang bisa
mengerti keadaan saudaranya dan bisa
menjalankan amanah dengan baik.
Diatas hanya sepenggal kisah yang
bisa aku tuliskan, intinya dari mereka berdua aku banyak belajar tentang
artinya saudara, dan saling menjaga perasaan satu sama lain. Setiap perubahan yang kita alami sekarang
intinya banyak orang yang sudah ambil alih disini. akan tetapi tidak bisa aku disebutkan
semuanya satu persatu karena terlalu
banyak. Terima kasih semuanya.
Pada akhirnya kita pertama kali
beretemu di KAMMI dan kemudian memilih jalan dakwah masing – masing, ada yang
tetap bertahan di KAMMI, ada yang di Lemabaga Dakwah Kampus (LDK), Lembaga
Dakwah Fakultas (LDF), organisasi jurusan, dan akhirnya ada yang berfokus
dengan Al-Qur’an. Dimanapun kita berada tetap Al-Qur’an itu menjadi kawan
terbaik kita dan Al-Qur’an tetap menjadi pedoman setiap langkah yang kita ambil
nantinya.
Itulah sekilas tentang cerita persaudaraan dengan dua orang ini. Kita bukan
saudara kandung, berasal dari daerah yang berlainan dan sangat jauh, akan
tetapi kita disatukan dengan namanya ikatan Islam. Yang membuat rasa
persaudaraan itu rekat bukan karena harta, bukan karena kedudukan, akan tetapi
karenaNYA. Kita dipertemuan karena Allah dan berpisah juga karena Allah.
Perjalanan kita masih panjang dan kisah di Jogja ini jangan sampai hilang,
menjadi kisah biasa. Buatlah kisah istimewa selama kita menimba ilmu di Jogja
karena apa karena kita akan berpisah sebentar lagi. Why? Berpisah? Karena kita
semua harus pulang kekampung halaman berdakwah disana, apalagi yang orang Papua
dah ngebet mau pulang, orang Brebes juga, kalau aku akan tetap dijogja atau
daerah yang lain untuk menimba ilmu dan ketika selesai akan langsung pulang.
Setiap kali menjalin pertemanan itu
pasti ada khilaf, terkadang ada yang
marah nanti juga memaklumi karena sudah tahu karakter satu sama lain, dan jika
ada yang marah selang bebarapa saat juga baikan dengan sendirinya, karena
manusia hidup butuh orang lain. Mungkin tidak akan lama lagi kita bersama karena ini sudah dipenghujung masa kuliah
sudah memasuki 3,5 tahun kita harus
lulus barang ditahun 2016, masuk kuliah bareng keluar juga bareng ditahun yang
sama. Saling menyemangati dalam kebaikan
itulah intinya. Jika ada saudara yang salah tegurlah agar dia menjadi lebih
baik, sekalipun teguran itu menyakitkan dan terasa pahit, akan tetapi itu semua
akan berbuah kebaikan dan kemanisan untuk kedepannya.
Tetap semangat dijalan dakwah, tetap
semangat bersama Al—Qur’an, selamat menempuh hidup yang baru nantinya disaat
kita tidak bertemu lagi, doakan para keluarga dan sahabat kita dalam setiap doa
kita, semoga tetap istiqomah dijalan dakwah. Yang terpenting dari semua
perjalanan pencarian jati diri Islam ini
adalah ISTIQOMAH sampai Nafas Terhenti.
#Luruskan NIAT dan selalu ingat KEMATIAN#
.Dalam keheningan malam, selasa 2
Februari 2016 pukul 2.25 dini hari, Gowok Yogyakarta.
Deresan, September 2013 |
Masjid Nurul Ashri 2014 |
Kulon Progo 2014 |
Tawamangu 2013 |
Tawamangu 2013 |
Komentar
Posting Komentar